Langsung ke konten utama

Janssen van Heins (2)

Dua hari setelah malam itu, aku dan keluargaku mengikuti workshop di Taman Mini Indonesia Indah atau yang sering dipanggil TMII. Kami sedang mengikuti workshop tentang kebakaran. Seperti cara bagaimana memadamkan api saat gas bocor. Ya, hal-hal yang berurusan dengan api. Posisi kami waktu itu ada di depan Gedung Sasana Kriya, di dekat kami ada sebuah air mancur dan ya, beberapa orang berdiri di depan air mancur itu dan meminta orang lain untuk mengabil fotonya. Waktu itu aku tidak terlalu menyimak apa yang dikatakan seorang bapak yang sedang berbicara di atas panggung. Hari itu aku sedang ingin memotret. Jadi aku tidak terlalu mendengarkan. 

Setelah beberapa foto yang aku ambil dari kameraku, aku merasa ada sesuatu yang menarik perhatianku di dekat air mancur. Saat aku membalik badanku, aku melihat sosok yang sangat kurindukan. Ya, itu Janssen van Heins. Aku berusaha memanggilnya dengan suara hati. Tapi dengan sorot mata yang ketakutan dia hanya berkata "I will just wait for you here." awalnya aku bingung kenapa dia berlagak aneh sekali kepadaku? Setelah aku membalik badanku sehingga aku menghadap panggung yang sedang dipenuhi dengan anak-anak yang mengantri menunggu giliran untuk memadamkan api dari gas, aku tahu kenapa sorot mata Janss begitu ketakutan. Api yang dikeluarkan dari gas itu sungguh besar, sehingga membuat Janss (yang trauma dengan api) ketakutan.

Tidak lama setelah aku melihat kehadiran Janssen, workshop tersebut akhirnya selesai. Kami memasuki Gedung Sasana Kriya, untuk melihat-lihat pameran pada saat itu.
Janssen mengikuti kami ke dalam. Dia sangat iseng di dalam. Dia menggerak-gerakan kertas, menertawakan orang, dan hal-hal aneh yang sering aku lakukan juga. Jadi, kalau dilihat-lihat aku dan Janssen memiliki kesamaan juga. Di dalam, aku bertanya pada Janss, "hey, about your family?" tanyaku. Tapi dia tidak menjawab apa-apa. Aku tidak terlalu berharap apa-apa, jadi aku biarkan saja dia tidak menjawab apa-apa padaku.

Setelah kami selesai melihat-lihat pameran, kami menuju pintu keluar. Sebelum pintu keluar, aku melihat Janssen sedang berdiri di dekat pintu. Jadi, aku berjalan mendekati Janss. Tapi entah kenapa ketika aku berjalan mendekatinya, kepalaku terasa pusing, dan aku mulai sesak nafas. Tapi pada saat itu, aku berpikir positif saja. Memang pada saat itu banyak sekali orang di dalam ruangan. Aku melanjutkan perjalananku mendekati Janssen walaupun kepalaku bertambah pusing setiap aku mendekatinya. Ketika aku sudah dekat sekali denan Janssen, aku melihat dia bersama dua oran dewasa (satu perempuan, dan yang satu lagi laki-laki), lalu 2 orang laki-laki yang sudah bermur 23-25 tahun kira-kira. Lalu di belakangnya ada 2 anak-anak (satu perempuan dan yang satu lagi laki-laki). Aku hanya berdiri di depan pintu dan tidak bisa mengangkat kaki untuk lari. Aku menatap Janss dengan sorot mata ketakutan dan bingung, berharap dia bisa menjelaskan. Tapi dia hanya mengangkat alis dan tersenyum padaku untuk jawabannya. Aku akhirnya mengeluarkan semua kekuatanku dan langsung lari keluar gedung dan akhirnya bisa bernafas

Papa langsung menenangkanku, lalu menyuruhku masuk mobil. Aku mencoba untuk bernafas dengan teratur. Di dalam mobil aku hanya memejamkan mata dan mrncoba untuk tidak berpikir apa-apa. Lalu tiba-tiba Janssen datang dan meminta maaf padaku. Aku hanya mengangguk dan tidak berkata apa-apa. Lalu aku membuka mataku, dan melihat Janssen disebelahku dan memandangku dengan sorot mata yang benar-benar menyesal dan kasihan padaku. Aku lalu tersenyum dan berkata "It's okay. I just need some time alone." Setelah aku berkata itu, dia langsung tersenyum dan langsung memberiku sorot mata yang lega. Setelah itu, dia menghilang begitu saja.

Cerita tentang sahabatku Janssen van Heins yang satu ini belum selesai. Nantikan blogku yang selanjutnya!

Terima kasih sudah membaca blogku!
Minuit 👊
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kemping Ceria Pramuka H1

"Eh tadi senter udah kan pah? Duh batrenya kayaknya sih udah aku masukin. AAAAK udah lengkap semua belom yaaaa????" Teriakan-teriakan di pagi itu menjadi alarm untuk tetangga-tetanggaku. Duh, aku jadi merasa bersalah. Pagi itu aku sangat khawatir karena takut ada barangku yang tertinggal. Tapi papa selalu menenangkanku dan bilang, "udah dicek belum listnya? udah lengkap semua kan? yaudah." Tapi tetap saja aku masih gelisah, heheheh. Akhirnya setelah semua lengkap, kami berangkat pada jam 07.56, dari rumah. Tapi di tengah perjalanan, papa mengingatkan lagi, dan ternyata aku lupa memasukkan tongkat pramuka ku kedalam mobil!!! Papa langsung banting stir, dan ngebut untuk sampai kerumah lagi. aku turun mobil, memanjat pagar, dan langsung mengambil tongkat pramuka sambil lari secepat mungkin, alhasil aku sempat terjatuh. Haduh, memang aku adalah anak yang sangat teledor. Setengah jam kemudian, akhirnya aku sampai di titik kumpul. Semuanya sudah berkumpul dan sudah ...

Perjalanan Dimulai (OasEksplorasi Day-1)

Alarm di ponselku sudah berbunyi berkali-kali, dan ketika aku tersadar, TERNYATA SUDAH JAM 3.30 PAGI!!! Seharusnya aku bangun jam 3.00 pagi ini, jadi aku langsung lompat dari ranjang, dan dengan buru-buru aku mengambil handuk yang tergantung di jemuran. Di dalam kamar mandi, kehebohan pun terjadi. Aku memakai sampo sebagai sabun cuci muka, memakai sabun mandi sebagai odol, dan hampir terpeleset karena buru-buru. Untung, malam sebelumnya aku sudah menyiapkan baju yang akan kupakai saat eksplorasi, jadi aku tinggal memakai baju di atas ranjang. Aku memasukkan carrier dengan berat 8 kg itu, ke dalam mobilku yang sudah di panaskan oleh papa. Akhirnya jam 04.00, aku berangkat ke St. Kranji dan sampai jam 04.30. Saat aku sampai, aku bertemu Kak Lini, Yla, Vyel, dan Abel. Dan berngkat ke St. Jakarta Kota bersama. Perjalanan dari Kranji sampai Jakarta Kota berjalan sangat lancar, karena kereta yang kami naiki tidak begitu ramai. Selama 1 jam berjalan menggunakan kereta, kami akhirny...

Wihiiiiii, Bermain Di Kepulauan Seribu!! (OasEksplorasi Day-2)

“Duh panas banget sih?!” pikirku yang masih   tergeletak di ranjang dengan baju yang basah kuyup terkena keringat. Walaupun ada AC di kamar, tapi sepertinya AC tersebut membuat kamar malah tambah panas. Saat kulihat jam tanganku, ternyata baru jam 2 pagi! Ugh, malam masih panjang, dan aku tidak bisa tidur karena panas yang sangat menusuk. Akhirnya, aku mengambil buku ku, dan mengipasi diriku sampai aku tertidur lagi. Aku terbangun lagi jam 05.00 pagi, dan langsung memukul pelan punggung Syifa dan Tata. Ya, untungnya mereka bangun cepat, jadi aku merasa lebih tenang karena tidak ada PR membangunkan orang yang susah dibangunkan. Pagi itu, kami langsung mengambil bolpen dan buku, sehingga dapat langsung menyelesaikan jurnal yang kemarin belum selesai. “Toktoktok” suara itu terdengan dari pintu kamar kami. “Syifa, Tata, sarapan dulu” suara Ibu masuk dari depan pintu kamar. Memang, Ibu tidak pernah sekalipun memanggil namaku :( . Ibu membelikan kami sarapan nasi uduk dan ...