Pagi itu aku menemukan diriku mandi untuk pertama kalinya dalam eksplorasi ini. Aku mandi juga hanya karena rambutku sudah sangat lepek dan kotor. Air yang kupakai untuk mandi rasanya asin, jadi bikin eneg kalau mau sikat gigi. Aku harus membawa air minum ke dalam kamar mandi untuk sikat gigi. Dan tidak sadar, ternyata aku sudah menghabiskan 25 menit di kamar mandi. Biasanya aku mandi cuman 15 menit.
Setelah keributan di kamar mandi pagi itu, aku dan teman-teman akhirnya bisa berangkat ke Rumah Makan Ibu Sani untuk sarapan disana. Sarapan hari itu sangat lezat! Aku memakan nasi uduk dengan bihun, ditambah kuah telur yang terasa seperti sambal. Sialnya pagi itu, galon yang berisi air refill sudah habis! Aaaah mana aku lagi sangat kepedesan pula. Jadi aku meminta minumnya Katya, weheheh.
Pada pukul 07.20, kami siap-siap mau ke dermaga untuk pergi ke Pulau Pramuka. Jam 08.00 kami akan berangkat ke dermaga, tapi mumpung masih ada 30 menit lagi, aku dan beberapa temanku memutuskan untuk jalan-jalan yang terakhir kalinya di Pulau Untung Jawa. Kami bermain di RPTRA untuk hanya 5 menit, dan langsung balik lagi karena takut telat. Tapi untungnya nggak telat kok kita.
Tepat jam 08.00, kami berangkat ke dermaga dengan carrier kami yang besaaaar sekali. Sampai seisi desa melihat kami dengan tatapan aneh. Dengan penuh perjuangan, kami akhirnya sampai di dermaga dan ternyata kapalnya belum datang. Disana, kami bisa melihat air laut yang biru disela-sela pagar dermaga.
Sambil menunggu kapal datang, kami membicarakan tentang kartun-kartun masa kecil kami. Seperti Higglytown Heroes, Powerpuff Girls, Mickey Mouse, dan masih banyak kartun lain. Sementara itu, anak-anak absurd seperti Fakhri, Ali, Fattah malah main prosotan di tangga jembatan dermaga. Aku hanya takut celana mereka robek. Untungnya enggak sih.
Akhirnya setelah menunggu begitu lama, kapal yang kami tumpangi datang juga!!! Dengan berat hati, kami menggotong carrier-carrier naik tangga jembatan dermaga. Di kapal, kami memutuskan untuk bermain ToD bersama Adinda, Tre, Michelle, Alevko, Andini, dan banyak lagi. Banyak dare-dare aneh yang kami lakukan, seperti Alevko cium Kaysan dan Syauqi cium Fakhri. Tapi sepertinya ombak pada tanggal itu sangat besar. Jadi kami semua mabok didalam kapal. Kami juga memutuskan untuk tidur di kapal supaya tidak pusing. Dan uniknya, kami tidur dempet-dempetan. Jadi anget sih.
Pada jam 12 kurang, kapal akhirnya berhenti di Pulau Pramuka. Dari dermaga, kami berjalan ke masjid yang berada tidak jauh dari dermaga tempat kami turun. Di masjid, kami istirahat sebentar sambil asyik mengobrol. Setelah yang lain selesai sholat, kami bergegas pergi ke warung makan untuk makan siang. Aku memesan pecel ayam, disana. Tapi karena tidak habis, aku memberinya kepada Kaysan yang perutnya terbuat dari karet. Anja, Ceca, Andini memesan nasi rames, dan Trisha memesan mie tek-tek. Untuk makan siang, kami menghabiskan uang Rp 68.000,00 dari uang kelompok.
Di Pulau Pramuka, kami membeli bahan-bahan makanan yang kami butuhkan untuk masak di Pulau Karya nanti. Sebetulnya yang kami butuhkan hanya telur dan bakso, tapi di Pulau Pramuka, telurnya belum datang. Jadi kami hanya membeli bakso yang harganya Rp 1.000,00 per butirnya. Kami membeli 15 butir.
Oh ya, hari itu kami ketambahan kakak mentor! Namanya Kak Melly. Ia orang yang sangat kukagumi, tidak hanya dengan stylenya yang tomboy, juga karena bakatnya dalam menulis jurnal.
Nah, setelah semua regu berkumpul, kami beberes untuk pergi ke Pulau Karya naik ojek kapal. Ojek kapal yang kami naiki cukup besar dan memiliki solar panel diatapnya. Dan ternyata, dari Pulau Pramuka sampai Pulau Karya tidak begitu jauh. Cukup melewati satu pulau saja.
Pada pukul 15.30, kami sampai di Pulau Karya, dan langsung jalan menuju tempat kami akan bermalam. Setibanya disana, kami membuka tenda dan aku berhasil membuat teman-teman satu reguku shock. Karena kata mereka, tenda yang kubawa terlalu kecil untuk 5 orang. Ternyata iya, tendaku terlalu kecil. Jadi, karena tendaku tidak muat menampung segitu banyaknya orang, kami menaruh tas kami di tenda barang milik Regu Anjing Laut. Karena Regu Anjing Laut membawa 2 tenda, jadi kami bisa menumpang tas kami disana. Tempat kemping kami sepertinya dulu adalah lapangan untuk bermain bola, karena ada 2 gawang yang kami jadikan untuk jemuran.
Tak lama setelah kami membuka tenda dan membereskan tas, kami memulai masak untuk makan malam. Anja dan Ceca memutuskan untuk masak nasi liwet karena gampang dan enak. Sejam berlalu, dan nasi nya masih keras. Anja sudah merasa kecewa dengan masakannya. Tampaknya, beras yang dipakai Ceca untuk nasi liwet tersebut membutuhkan air yang banyak dan seharusnya tidak diaduk-aduk terus nasinya. Akhirnya setelah 2 jam, kami menyerah. Nasi yang kami masak malah jadi keras dan rasanya hambar. Walaupun begitu, kami tetap berterima kasih kepada Anja dan Ceca yang sudah berusaha membuatkan kami makan malam.
Setelah kecewa dan bersedih karena nasi liwet, kami memutuskan untuk bergabung dengan anak-anak lain yang sedang bermain benteng. Awalnya aku jadi penjaga benteng, tapi karena aku mager, jadi aku menjadi supporter saja hehe. Aku cukup berbakat ternyata menjadi supporter, lain kali aku melamar jadi supporter deh.
Sayangnya, tak lama setelah ronde ketiga, matahari sudah setengah terbenam dan adzan maghrib sudah terdengar dari Pulau Panggang. Kami harus memberhentikan permainannya, dan yang muslim harus sholat. Sambil menunggu teman-teman sholat, aku dan Tata ngobrol didepan tendaku. Dan karena aku lapar, aku mau tidak mau makan nasi liwet yang tadi dimasak. Untungnya Trisha membawa kentang pedas jadi bisa kami jadikan lauk.
Saat aku dan Tata ngobrol, Tata menyebutkan kata-kata gas dan membuatku sedikit shock dengan sesuatu. Ternyata aku lupa membawa gas satu lagi!!! Jadi aku hanya membawa 1 gas doang. Kepalaku langsung pening, ketika Anja selesai sholat, aku langsung memeluk Anja dan meminta maaf sebanyak-banyaknya. Anja sampai bingung, dan ketika aku bilang mengapa aku memeluknya, Anja juga makin panik. Tapi untungnya Kak Ali membawa 3 kaleng gas, jadi kami bisa meminjam sedikit. Dan kami juga sedikit terbantu dengan api unggun. Untuk memasak teh dan ikan asap, kami bisa menggunakan api unggun.
Jam 8 malam, kami dikumpulkan untuk refleksi bersama kakak-kakak mentor. Kami juga ditugaskan untuk menulis logbook dengan detail. Malam itu, mama juga menelponku, menanyakan kabar. Aku selalu baik-baik, apalagi kemping dipantai. What can be better?
Refleksi berjalan dengan lancar, dan seru. Karena refleksi berjalan dengan sangat cepat, Kaysan mengusulkan untuk main werewolf. Tapi sayangnya aku lagi nggak mood main werewolf. Jadi aku, Michelle, Fakhri, Ali, dan Alevko duduk dibelakang temen-temen yang sedang main werewolf sambil membicarakan hal-hal yang absrurd. Tapi karena malam itu, kami menjadi terbuka satu sama lain.
Malam itu mungkin malam yang tidak akan pernah terlupakan untukku, karena malam itu aku, Adinda, dan Michelle tidur diluar dengan alas matrass dan flysheet. Kami juga ditemani oleh Ali, Kak Ali, Kak Opal, dan Fakhri. Karena aku tidak membawa sleeping bag, aku meminjam sarung milik Andini untuk menutupi tubuhku.
Aku sempat terbangun, lalu tidur lagi, begitu terus sampai jam 3 karena banyak sekali nyamuk yang menggangguku. Kakiku gatal-gatal, bahkan mukaku juga digigitin. Dan akhirnya aku bisa tidur dengan senyap. Tapi..... Jam 4 kami sudah dibangunkan untuk subuhan. Argh saat itu aku sangat sebal dengan kaysan yang membangunkan kami. Aku masih sangat ngantuk, jadi aku mengungsi ke tenda Tata yang masih longgar untuk tidur lagi. Dan akhirnya kebangun jam 5.30 pagi, hehe. Kebo emang.
Kredit Foto: Kak Ali/TeamPixel.Id
Setelah keributan di kamar mandi pagi itu, aku dan teman-teman akhirnya bisa berangkat ke Rumah Makan Ibu Sani untuk sarapan disana. Sarapan hari itu sangat lezat! Aku memakan nasi uduk dengan bihun, ditambah kuah telur yang terasa seperti sambal. Sialnya pagi itu, galon yang berisi air refill sudah habis! Aaaah mana aku lagi sangat kepedesan pula. Jadi aku meminta minumnya Katya, weheheh.
Pada pukul 07.20, kami siap-siap mau ke dermaga untuk pergi ke Pulau Pramuka. Jam 08.00 kami akan berangkat ke dermaga, tapi mumpung masih ada 30 menit lagi, aku dan beberapa temanku memutuskan untuk jalan-jalan yang terakhir kalinya di Pulau Untung Jawa. Kami bermain di RPTRA untuk hanya 5 menit, dan langsung balik lagi karena takut telat. Tapi untungnya nggak telat kok kita.
Tepat jam 08.00, kami berangkat ke dermaga dengan carrier kami yang besaaaar sekali. Sampai seisi desa melihat kami dengan tatapan aneh. Dengan penuh perjuangan, kami akhirnya sampai di dermaga dan ternyata kapalnya belum datang. Disana, kami bisa melihat air laut yang biru disela-sela pagar dermaga.
Sambil menunggu kapal datang, kami membicarakan tentang kartun-kartun masa kecil kami. Seperti Higglytown Heroes, Powerpuff Girls, Mickey Mouse, dan masih banyak kartun lain. Sementara itu, anak-anak absurd seperti Fakhri, Ali, Fattah malah main prosotan di tangga jembatan dermaga. Aku hanya takut celana mereka robek. Untungnya enggak sih.
Akhirnya setelah menunggu begitu lama, kapal yang kami tumpangi datang juga!!! Dengan berat hati, kami menggotong carrier-carrier naik tangga jembatan dermaga. Di kapal, kami memutuskan untuk bermain ToD bersama Adinda, Tre, Michelle, Alevko, Andini, dan banyak lagi. Banyak dare-dare aneh yang kami lakukan, seperti Alevko cium Kaysan dan Syauqi cium Fakhri. Tapi sepertinya ombak pada tanggal itu sangat besar. Jadi kami semua mabok didalam kapal. Kami juga memutuskan untuk tidur di kapal supaya tidak pusing. Dan uniknya, kami tidur dempet-dempetan. Jadi anget sih.
Pada jam 12 kurang, kapal akhirnya berhenti di Pulau Pramuka. Dari dermaga, kami berjalan ke masjid yang berada tidak jauh dari dermaga tempat kami turun. Di masjid, kami istirahat sebentar sambil asyik mengobrol. Setelah yang lain selesai sholat, kami bergegas pergi ke warung makan untuk makan siang. Aku memesan pecel ayam, disana. Tapi karena tidak habis, aku memberinya kepada Kaysan yang perutnya terbuat dari karet. Anja, Ceca, Andini memesan nasi rames, dan Trisha memesan mie tek-tek. Untuk makan siang, kami menghabiskan uang Rp 68.000,00 dari uang kelompok.
Di Pulau Pramuka, kami membeli bahan-bahan makanan yang kami butuhkan untuk masak di Pulau Karya nanti. Sebetulnya yang kami butuhkan hanya telur dan bakso, tapi di Pulau Pramuka, telurnya belum datang. Jadi kami hanya membeli bakso yang harganya Rp 1.000,00 per butirnya. Kami membeli 15 butir.
Oh ya, hari itu kami ketambahan kakak mentor! Namanya Kak Melly. Ia orang yang sangat kukagumi, tidak hanya dengan stylenya yang tomboy, juga karena bakatnya dalam menulis jurnal.
Nah, setelah semua regu berkumpul, kami beberes untuk pergi ke Pulau Karya naik ojek kapal. Ojek kapal yang kami naiki cukup besar dan memiliki solar panel diatapnya. Dan ternyata, dari Pulau Pramuka sampai Pulau Karya tidak begitu jauh. Cukup melewati satu pulau saja.
Pada pukul 15.30, kami sampai di Pulau Karya, dan langsung jalan menuju tempat kami akan bermalam. Setibanya disana, kami membuka tenda dan aku berhasil membuat teman-teman satu reguku shock. Karena kata mereka, tenda yang kubawa terlalu kecil untuk 5 orang. Ternyata iya, tendaku terlalu kecil. Jadi, karena tendaku tidak muat menampung segitu banyaknya orang, kami menaruh tas kami di tenda barang milik Regu Anjing Laut. Karena Regu Anjing Laut membawa 2 tenda, jadi kami bisa menumpang tas kami disana. Tempat kemping kami sepertinya dulu adalah lapangan untuk bermain bola, karena ada 2 gawang yang kami jadikan untuk jemuran.
Tak lama setelah kami membuka tenda dan membereskan tas, kami memulai masak untuk makan malam. Anja dan Ceca memutuskan untuk masak nasi liwet karena gampang dan enak. Sejam berlalu, dan nasi nya masih keras. Anja sudah merasa kecewa dengan masakannya. Tampaknya, beras yang dipakai Ceca untuk nasi liwet tersebut membutuhkan air yang banyak dan seharusnya tidak diaduk-aduk terus nasinya. Akhirnya setelah 2 jam, kami menyerah. Nasi yang kami masak malah jadi keras dan rasanya hambar. Walaupun begitu, kami tetap berterima kasih kepada Anja dan Ceca yang sudah berusaha membuatkan kami makan malam.
Setelah kecewa dan bersedih karena nasi liwet, kami memutuskan untuk bergabung dengan anak-anak lain yang sedang bermain benteng. Awalnya aku jadi penjaga benteng, tapi karena aku mager, jadi aku menjadi supporter saja hehe. Aku cukup berbakat ternyata menjadi supporter, lain kali aku melamar jadi supporter deh.
Sayangnya, tak lama setelah ronde ketiga, matahari sudah setengah terbenam dan adzan maghrib sudah terdengar dari Pulau Panggang. Kami harus memberhentikan permainannya, dan yang muslim harus sholat. Sambil menunggu teman-teman sholat, aku dan Tata ngobrol didepan tendaku. Dan karena aku lapar, aku mau tidak mau makan nasi liwet yang tadi dimasak. Untungnya Trisha membawa kentang pedas jadi bisa kami jadikan lauk.
Saat aku dan Tata ngobrol, Tata menyebutkan kata-kata gas dan membuatku sedikit shock dengan sesuatu. Ternyata aku lupa membawa gas satu lagi!!! Jadi aku hanya membawa 1 gas doang. Kepalaku langsung pening, ketika Anja selesai sholat, aku langsung memeluk Anja dan meminta maaf sebanyak-banyaknya. Anja sampai bingung, dan ketika aku bilang mengapa aku memeluknya, Anja juga makin panik. Tapi untungnya Kak Ali membawa 3 kaleng gas, jadi kami bisa meminjam sedikit. Dan kami juga sedikit terbantu dengan api unggun. Untuk memasak teh dan ikan asap, kami bisa menggunakan api unggun.
Jam 8 malam, kami dikumpulkan untuk refleksi bersama kakak-kakak mentor. Kami juga ditugaskan untuk menulis logbook dengan detail. Malam itu, mama juga menelponku, menanyakan kabar. Aku selalu baik-baik, apalagi kemping dipantai. What can be better?
Refleksi berjalan dengan lancar, dan seru. Karena refleksi berjalan dengan sangat cepat, Kaysan mengusulkan untuk main werewolf. Tapi sayangnya aku lagi nggak mood main werewolf. Jadi aku, Michelle, Fakhri, Ali, dan Alevko duduk dibelakang temen-temen yang sedang main werewolf sambil membicarakan hal-hal yang absrurd. Tapi karena malam itu, kami menjadi terbuka satu sama lain.
Malam itu mungkin malam yang tidak akan pernah terlupakan untukku, karena malam itu aku, Adinda, dan Michelle tidur diluar dengan alas matrass dan flysheet. Kami juga ditemani oleh Ali, Kak Ali, Kak Opal, dan Fakhri. Karena aku tidak membawa sleeping bag, aku meminjam sarung milik Andini untuk menutupi tubuhku.
Aku sempat terbangun, lalu tidur lagi, begitu terus sampai jam 3 karena banyak sekali nyamuk yang menggangguku. Kakiku gatal-gatal, bahkan mukaku juga digigitin. Dan akhirnya aku bisa tidur dengan senyap. Tapi..... Jam 4 kami sudah dibangunkan untuk subuhan. Argh saat itu aku sangat sebal dengan kaysan yang membangunkan kami. Aku masih sangat ngantuk, jadi aku mengungsi ke tenda Tata yang masih longgar untuk tidur lagi. Dan akhirnya kebangun jam 5.30 pagi, hehe. Kebo emang.
Kredit Foto: Kak Ali/TeamPixel.Id
Komentar
Posting Komentar