Langsung ke konten utama

Movie review Survival Family



Oke, jadi secara garis besar, film ini menceritakan sebuah keluarga kota yang tinggal di Tokyo dan seperti banyak keluarga kota lainnya, mereka jarang berinteraksi satu sama lain. Bahkan ayah yang memiliki 2 anak ini seperti tidak punya waktu untuk mereka, sementara ibu mereka sangat perhatian, tapi tidak digubris oleh anak-anaknya yang hanya mementingkan gadget mereka.

Pada suatu hari, terjadiah pemadaman listrik di dunia yang membuat keluarga kota ini kebingungan. Mereka tidak bisa melakukan kegiatan sehari-hari mereka yang sudah sangat dibantu oleh teknologi dan listrik. Mulai dari transportasi sampai mencari berita, semuanya tidak ada yang bisa dipakai.

Mereka terlihat sangat kesusahan tanpa listrik. Akhirnya mereka memutuskan untuk pergi dari Tokyo dan mengungsi ke desa dimana tempat ayah dari ibu keluarga ini tinggal. Dikarenakan kereta yang biasa mereka gunakan untuk berpegian adalah kereta listrik, mereka terpaksa melakukan perjalanan dengan sepeda, dengan bantuan peta dan bukan gps, serta mulai berpikir kreatif bagaimana mereka bisa bertahan hidup dalam kekacauan itu.

Ditengah perjalanan mereka bertemu dengan banyak orang yang sedang diperjalanan mereka unuk mengungsi juga. Banyak orang yang bilang bahwa katanya di Osaka tidak mengalami pemadaman listrik seperti di Tokyo. Tanpa basa-basi mereka langsung mengubah destinasi mereka ke Osaka. Dengan susah payah mereka menjalankan perjalanan melelahkan ini dengan berinteraksi, bercanda, dan saling peduli. Tapi sayang, ternyata Osaka juga mengalami hal yang sama dengan Tokyo.



Di perjalanan mereka sempat bertemu dengan sebuah keluarga dengan 2 anak juga, yang sedang beristirahat sambil membuka flysheet dan menikmati minuman berlimpah mereka. Ketika ditanya, ternyata mereka bisa bertahan hidup karena mereka mengetahui skill dasar tentang cara bertahan hidup di hutan. Seperti mengeringkan makanan mereka supaya lebih awet, mengambil air dari sungai yang ada lumutnya, dan cara-cara pintar lainnya.

Mereka juga sempat bertemu dengan seorang pedagang beras yang hanya menerima makanan untuk menukarnya dengan beras, ya seperti barter. Lucunya, sempat ada orang kaya yang ingin menukar jam serta mobilnya kepada pedagang beras, namun ditolak. Ya memang untuk saat itu jam mahal serta mobil mewah tidak dibutuhkan untuk bisa menghidupkan mereka dalam keadaan seperti ini.

Setelah mereka tau bahwa Osaka mengalami hal yang sama denga Tokyo, akhirnya mereka mengubah destinasi mereka ke destinasi awal, yaitu ke desa. Dalam perjalanan panjang yang melelahkan, mereka belajar bahwa kerja sama itu penting dan sangat dibutuhkan dalam sebuah kelompok. Dengan kerja sama, mereka bisa mendapat makan dengan mengejar babi bersama-sama, menyebrangi sungai dengan membuat rakit bersama-sama. Dan ketika sudah ada kerja sama, pasti rasa membutuhkan satu sama lain sangat tinggi, jadi ketika salah satu anggota dari kelompok itu tidak ada, pasti akan sangat susah untuk melanjutkan perjalanan ini.



Hal lain yang kupelajari dari film ini adalah berpikir kritis dan kedepan adalah hal yang sangat penting. Ada salah satu adegan dimana anak dari keluarga ini bertemu dengan anjing. Anjing memang lucu dan menggemaskan, tapi layaknya seekor binatang, mereka pasti akan buas jika tidak diberi makan secara teratur. Dalam kondisi seperti ini, pasti mereka ditinggal tuannya dan terpaksa mencari makan sendiri. Pada saat anak ini bertemu dengan anjing, Ia sedang memakan daging babi yang sudah dibawa untuk bekal mereka di perjalanan. Karena melihat wajah anjing yang lucu itu, ia dengan tidak berpikir ulang, langsung memberikan daging itu kepada anjingnya. Tak lama kemudian, ada segerombolan anjing dengan ras besar, mencari makan. Mereka langsung menerkam ibu dari anak-anak ini yang sedang membawa tas berisi makanan. Alhasil ibu mereka mengalami cedera yang cukup berat.

Overall film ini cukup bagus, menarik untuk ditonton. Dan sebagai penyuka film adventure-comedy, aku akan memberikannya 6/10. Masih banyak hal yang kurang realistis (yaiyalah gila aja ada worldwide pemadaman listrik, kan ga lucu banget) Lalu juga masih ada banyak scene "istirahatnya" yang mungkin membuat orang bosan untuk menonton film ini. Tapi banyak juga hal yang bisa didapatkan dari film ini lho, coba deh nonton!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pertolongan Pertama Pada Keracunan Makanan/Minuman

Untuk tantangan ke-8, regu kami diberi tugas untuk mencari informasi tentang pertolongan pertama pada keracunan makanan/minuman. Pertamanya aku bingung mau bikin apa ya? Dan tidak tau akan menuliskan apa saja di tugas kali ini. Tapi setelah berunding bersama teman-teman seregu, kami membagi tugas, dan dalam waktu yang sangat singkat, tugas kami terkumpul semua. Setelah bingung-bingung mau buat apa, akhirnya aku memutuskan untuk membuat infografis yang simpel tapi jelas. Inilah infografisku, yang aku buat dalam 1 jam menggunakan aplikasi dari hp. Wah perjuangannya amat sangat lah pokoknya..

Kemping Ceria H2 - HARI YANG MENYENANGKAN

"SAHUUUUR SAHUUUUR!!!" "Duh yaampun, perasaan baru aja tidur!" pikirku pagi itu saat dibangunkan oleh salah satu teman laki-laki. Aku duduk, mengumpulkan nyawa, lalu teriak membangunkan teman-teman satu tendaku. "YAAAK SELAMAT PAGIIIIII!! YOK BANGUN YOK!!" yang dijawab dengan tendangan dari Adinda. Teman-teman satu tenda ku tidak ada yang bangun. Hanya Anja yang sudah duduk sambil mengucek-ucek matanya. Aku menepuk kakinya Michelle, Agla, dan kemudian Adinda. Tapi hanya dijawab dengan "HmmmMmmMMm" dari mereka. Tak lama kemudian, Khansa mendorong-dorong pintu tenda kami, berniat untuk membangunkan. Aku memang sudah tidak sabar keluar tenda dan melihat indahnya pagi hari disana. Berhubung yang lainnya masih belum termotivasi untuk bangun, aku keluar sendiri. Betul-betul indah pagi itu! Sebenernya sih masih gelap, tapi udaranya yang sejuk membuatku melupakan tugas-tugas! "AKHIRNYA AKU BISA JOGED!" Diluar, aku bertemu Tata, Katya, dan

Tantangan Mini Exploration (Observe Them All 2)

#tantangan2 jilid 2 #observethemall Aku memilih ibu penjual soto untuk aku wawancarai karena aku sudah berlangganan di soto itu dari aku masih kecil sekali. Soto yang ibu itu buat sangat enak, kuahnya bening berwarna kuning, gurihnya pas, dan setiap kali kesana, pasti tidak pernah bosan. Ibu penjualnya sangat ramah, jadi sering mengobrol bersama aku, mama, dan juga papa. Warungnya yang dulu dan sekarang sangat berbeda. Dulu warungnya sangat sempit, dan sekarang sudah diperlebar. Tapi ada yang tidak berubah, yaitu dari dulu sampai sekarang, ibu penjual soto selalu memanggil namaku “Lastri” padahal namaku “Ratri”. Dari aku berumur 3 tahun, sampai aku berumur 13 tahun, tetap saja ibu penjual soto memanggil aku “Lastri”. Malam sebelum aku mewawancarai ibu penjual soto, aku membuat daftar pertanyaan terlebih dahulu supaya aku tidak canggung di depan ibu penjual soto. Isinya antara lain: 1.        Ibu namanya siapa? 2.        Sudah berapa lama berjualan soto? 3.        K