Langsung ke konten utama

Kakek Pucat Kaliurang

Pada tahun 2013, aku dan keluargaku berlibur ke jogja. Kami menginap di sebuah villa besar dan umur villa itu sudah tua. Saat aku memasuki villa itu, aku langsung merinding. Aku merasa tidak nyaman. Villa itu sebenarnya milik nenekku, dan beliau selalu menenangkan aku dengan kata-kata "tidak ada apa-apa disini. Villa ini sudah didoakan berkali-kali". Entah kenapa kata-kata itu membuatku lebih takut. Maksudku kenapa rumah itu sudah didoakan berkali-kali? Apakah karena ada makhluk-makhluk itu? Pertanyaan-pertanyaan itu malah membuatku lebih takut. Sampai sekarang, kalau mengingatnya aku masih merinding. 

Villa itu memiliki beberapa kamar. Kalau aku tidak salah hitung, villa itu memiliki 3 kamar. Masing-masing kamar memiliki 2 kasur. Lalu ada 2 lemari kayu tua di villa itu. Salah satunya berada di dekat pintu garasi, dan yang satu lagi dekat dapur. Lemari yang ada di dekat dapur memang menyeramkan. Posisi lemarinya itu menghadap ke ruang tamu. Waktu itu jumlah orang yang menginap di villa itu totalnya adalah 11 orang. Kami merasa kurang nyaman jika tidur di kamar sendiri-sendiri, maka kami mengeluarkan beberapa kasur dan menatanya di ruang tamu. 

Kami mengobrol-ngobrol dan bercanda-canda sepanjang malam. Setelah kami mengobrol panjang lebar, kami mulai merasa lelah dan kami bersiap-siap untuk tidur. Kami tidur jam 12.00 malam kalau tidak salah. Subuhnya, aku terbangun dan berniat untuk melihat jam ditangan papaku. Posisi papa waktu itu ada dibawah kakiku. Jadi, kalau aku ingin melihat papa, mau tidak mau aku menghadap ke lemari dekat dapur itu. Aku mengangkat kepalaku, lalu disitu aku melihat ada sosok kakek yang tinggi, kulitnya keriput, rambutnya tinggal beberapa helai dan basah, dan kulitnya seputih tissue. Dia hanya memakai celana dalam berwarna putih dan celananya itu basah. Dia terlihat kurus sekali dan aku bisa melihat uratnya yang berwarna biru. Dia seperti tenggelam di air yang begitu dingin. Dia membelakangiku (dia menghadap ke lemari) seperti sedang melakukan sesuatu di lemari.  Aku menatapnya selama 3 detik dan merasakan  jantungku yang hampir copot, aku langsung pusing. Aku mencoba menenangkan diriku tetapi tidak berhasil. Aku mulai menangis. Tapi karena semuanya masih tidur dan aku terlalu takut untuk membangunkan papa (yang posisinya dekat dengan Kakek Pucat itu). Akhirnya aku hanya berdoa dan untung aku lelah menangis dan langsung tertidur. Untungnya pula, AKU TIDAK MELIHAT WAJAHNYA! 






Kakek pucat itu mirip sekali dengan Gollum dari film The Lord of The Rings.

Aku tidak pernah melihat kedatangan sosok Kakek Pucat itu lagi. Jadi, semoga dia sudah melanjutkan perjalananya kepada Tuhan. Semoga dia tenang dan bahagia disana.

Terima kasih sudah membaca blogku!
Minuit 👊

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pertolongan Pertama Pada Keracunan Makanan/Minuman

Untuk tantangan ke-8, regu kami diberi tugas untuk mencari informasi tentang pertolongan pertama pada keracunan makanan/minuman. Pertamanya aku bingung mau bikin apa ya? Dan tidak tau akan menuliskan apa saja di tugas kali ini. Tapi setelah berunding bersama teman-teman seregu, kami membagi tugas, dan dalam waktu yang sangat singkat, tugas kami terkumpul semua. Setelah bingung-bingung mau buat apa, akhirnya aku memutuskan untuk membuat infografis yang simpel tapi jelas. Inilah infografisku, yang aku buat dalam 1 jam menggunakan aplikasi dari hp. Wah perjuangannya amat sangat lah pokoknya..

Kemping Ceria H2 - HARI YANG MENYENANGKAN

"SAHUUUUR SAHUUUUR!!!" "Duh yaampun, perasaan baru aja tidur!" pikirku pagi itu saat dibangunkan oleh salah satu teman laki-laki. Aku duduk, mengumpulkan nyawa, lalu teriak membangunkan teman-teman satu tendaku. "YAAAK SELAMAT PAGIIIIII!! YOK BANGUN YOK!!" yang dijawab dengan tendangan dari Adinda. Teman-teman satu tenda ku tidak ada yang bangun. Hanya Anja yang sudah duduk sambil mengucek-ucek matanya. Aku menepuk kakinya Michelle, Agla, dan kemudian Adinda. Tapi hanya dijawab dengan "HmmmMmmMMm" dari mereka. Tak lama kemudian, Khansa mendorong-dorong pintu tenda kami, berniat untuk membangunkan. Aku memang sudah tidak sabar keluar tenda dan melihat indahnya pagi hari disana. Berhubung yang lainnya masih belum termotivasi untuk bangun, aku keluar sendiri. Betul-betul indah pagi itu! Sebenernya sih masih gelap, tapi udaranya yang sejuk membuatku melupakan tugas-tugas! "AKHIRNYA AKU BISA JOGED!" Diluar, aku bertemu Tata, Katya, dan

Tantangan Mini Exploration (Observe Them All 2)

#tantangan2 jilid 2 #observethemall Aku memilih ibu penjual soto untuk aku wawancarai karena aku sudah berlangganan di soto itu dari aku masih kecil sekali. Soto yang ibu itu buat sangat enak, kuahnya bening berwarna kuning, gurihnya pas, dan setiap kali kesana, pasti tidak pernah bosan. Ibu penjualnya sangat ramah, jadi sering mengobrol bersama aku, mama, dan juga papa. Warungnya yang dulu dan sekarang sangat berbeda. Dulu warungnya sangat sempit, dan sekarang sudah diperlebar. Tapi ada yang tidak berubah, yaitu dari dulu sampai sekarang, ibu penjual soto selalu memanggil namaku “Lastri” padahal namaku “Ratri”. Dari aku berumur 3 tahun, sampai aku berumur 13 tahun, tetap saja ibu penjual soto memanggil aku “Lastri”. Malam sebelum aku mewawancarai ibu penjual soto, aku membuat daftar pertanyaan terlebih dahulu supaya aku tidak canggung di depan ibu penjual soto. Isinya antara lain: 1.        Ibu namanya siapa? 2.        Sudah berapa lama berjualan soto? 3.        K