Langsung ke konten utama

Janssen van Heins (3)

Sudah hampir sebulan Janssen tinggal bersamaku, dan tidak satu hari pun aku merasa bosan dengannya. Nah, pada suatu siang aku janjian dengan temanku didekat rumah. Didekat rumahku terdapat ruko-ruko kosong (belum laku dijual) dan ruko-ruko tersebut dipakai oleh orang-orang dekat situ untuk berolah raga dan untuk nongkrong. Aku dan temanku mengobrol dengan asik di depan salah satu ruko. Setelah hampir 2 jam kami mengobrol, aku dan temanku merasa lapar karena kami berdua belum sarapan. Akhirnya kami memutuskan untuk makan dirumahku. Di rumah, papa dan mama pergi mengantar adik les. Jadi di rumah hanya ada aku dan temanku itu. Kami mengobrol-ngobrol agak lama, sampai akhirnya aku merasa kepanasan karena memakai celana jeans panjang. Akhirnya aku memutuskan untuk mengganti celanaku dikamar. Tapi ternyata teman-temanku mengikutiku ke kamar, ya aku membiarkan saja mereka pergi ke mana saja mereka mau. 

Saat aku memasuki kamar, aku mendapatkan Janssen sedang berdiri di samping tempat tidurku. Aku hanya tersenyum melihatnya yang juga tersenyum ke arahku. Sepertinya temanku meliatku senyum-senyum sendiri, dan dia langsung bertanya padaku "Nite, apakah kamu melihat sesuatu?" Aku tidak ingin membuatnya ketakutan denganku, jadi jawabanku hanya sebuah gelengan. Tapi sayangnya, Janssen ingin membuat temanku tau bahwa sebenarnya ada dia di ruangan yang sama dengan kami. Jadi dia menyibakkan gorden kamarku yang penuh debu itu. Temanku langsung kaget, mimik mukanya ketakutan bahkan aku melihat kakinya bergetar. Aku berusaha menenangkannya dengan berkata "tidak apa-apa, semuanya akan baik-baik aja. Betul! Aku serius, tidak ada apa-apa" Tapi sepertinya temanku ini mengetahui aku dengan sangat baik, jadi dia tau bahwa aku ini berbohong. Aku melihat ke arah Janssen dengan tatapan sinis, supaya dia tau bahwa aku betul-betul marah kepadanya.

Temanku langsung berlari keluar rumah, sambil menangis. Hari itu aku sedang sangat bosan dan kesepian, jadi aku tidak mau temanku ini cepat pulang. Aku terus menenangkannya dengan berkata "tidak ada apa-apa, semuanya akan baik-baik saja". Tapi tetap saja dia tidak mendengarkanku. Janssen yang merasa bersalah, mengikutiku ke luar dan berdiri di ambang pintu dengan bibir yang tertekuk dan kepala yang menunduk. Temanku berlari masuk kedalam rumah (dia hampir saja menabrak Janssen, untung Janssen langsung mundur) dan langsung menyambar tasnya diatas sofaku. 

Temanku langsung memesan grab tanpa berkata apapun kepadaku. Grabnya saja belum sampai, tapi dia sudah keluar gerbang. Aku sudah tidak tau lagi apa yang harus aku lakukan, jadi aku biarkan saja. Tapi aku benar-benar ingin tau, apakah dia segitu takutnya denganku? Jadi aku bertanya "Sebegitu menakutkankah aku ini di matamu?" Dia hanya menatapku dan menggeleng dan mengangguk di saat yang bersamaan. Hatiku langsung hancur, dia lah sahabat yang menurutku begitu istimewa. Dan sahabat yang istimewa bagiku ini takut denganku. 

Setelah menunggu sedikit lama di depan gerbang, dan kami bahkan tidak mengobrol satu patah kata pun, akhirnya grab yang sudah dipesan temanku datang juga. Dia dengan buru-buru naik ke motor dan jalan begitu saja.

Aku merenungkan diri sejenak. Apakah aku ini benar-benar freak? Kenapa aku seperti ini? Sepertinya aku tidak layak mendapatkan teman, aku akan menakuti semua temanku. 

Aku masuk ke dalam rumah, ditemani dengan arwah seorang remaja laki-laki yang tinggi dan sebetulnya adalah seorang penyayang. Aku duduk dilantai, walaupun ada sofa besar dibelakangku. Aku menatap Janssen, dan berkata "Why did you do that?" dengan nada yang kecewa sekaligus marah. Setelah mendengar pertanyaanku, dia langsung menatap lantai dengan sorot mata yang kosong dan menyesal. Karena aku begitu marah, aku mengulangi pertanyaanku. "I said WHY DID YOU DO THAT JANSSEN? WHY?!" sekarang dengan nada yang betul-betul marah. Janssen terkejut dan akhirnya berani menatapku. Dia hanya berkata "I'm sorry nite, I didn't mean to do that". "You didn't mean to do that?! So why did you smile when you pushed the curtains?" kataku yang sedang emosi. Janssen, seorang yang humoris dan mengetahuiku dengan baik langsung berkata "Nite, you were funny when you saw your friend get scared". Dan aku seorang yang gampang ketawa langsung tertawa kecil mendengar pernyataannya itu. Janssen melihatku tertawa, dan merasa berhasil menghiburku. Dia tersenyum, lalu duduk disebelahku sambil menatap wajahku. Dia berkata "Nite,I'm so sorry for what I've done to you. I will not do that again, I promise you". Mendengarnya, aku langsung tersenyum. Fuuh, untung sayang. Aku menjawab "Okay, I forgive you. But are you sure, you promise to not do that kind of thing again?" dan langsung dijawab dengan sebuah anggukan dari Janssen van Heins.






Fyuh, aku ngebut nulis blogku yang satu ini. Udah lama banget nih nggak upload.
Oh ya temen-temen, ceritaku tentang Mr. van Heins yang satu ini belom selsai lho..
Tungguin yaa ❤
Salam, Minuit 👊

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wihiiiiii, Bermain Di Kepulauan Seribu!! (OasEksplorasi Day-2)

“Duh panas banget sih?!” pikirku yang masih   tergeletak di ranjang dengan baju yang basah kuyup terkena keringat. Walaupun ada AC di kamar, tapi sepertinya AC tersebut membuat kamar malah tambah panas. Saat kulihat jam tanganku, ternyata baru jam 2 pagi! Ugh, malam masih panjang, dan aku tidak bisa tidur karena panas yang sangat menusuk. Akhirnya, aku mengambil buku ku, dan mengipasi diriku sampai aku tertidur lagi. Aku terbangun lagi jam 05.00 pagi, dan langsung memukul pelan punggung Syifa dan Tata. Ya, untungnya mereka bangun cepat, jadi aku merasa lebih tenang karena tidak ada PR membangunkan orang yang susah dibangunkan. Pagi itu, kami langsung mengambil bolpen dan buku, sehingga dapat langsung menyelesaikan jurnal yang kemarin belum selesai. “Toktoktok” suara itu terdengan dari pintu kamar kami. “Syifa, Tata, sarapan dulu” suara Ibu masuk dari depan pintu kamar. Memang, Ibu tidak pernah sekalipun memanggil namaku :( . Ibu membelikan kami sarapan nasi uduk dan ...

Perjalanan Dimulai (OasEksplorasi Day-1)

Alarm di ponselku sudah berbunyi berkali-kali, dan ketika aku tersadar, TERNYATA SUDAH JAM 3.30 PAGI!!! Seharusnya aku bangun jam 3.00 pagi ini, jadi aku langsung lompat dari ranjang, dan dengan buru-buru aku mengambil handuk yang tergantung di jemuran. Di dalam kamar mandi, kehebohan pun terjadi. Aku memakai sampo sebagai sabun cuci muka, memakai sabun mandi sebagai odol, dan hampir terpeleset karena buru-buru. Untung, malam sebelumnya aku sudah menyiapkan baju yang akan kupakai saat eksplorasi, jadi aku tinggal memakai baju di atas ranjang. Aku memasukkan carrier dengan berat 8 kg itu, ke dalam mobilku yang sudah di panaskan oleh papa. Akhirnya jam 04.00, aku berangkat ke St. Kranji dan sampai jam 04.30. Saat aku sampai, aku bertemu Kak Lini, Yla, Vyel, dan Abel. Dan berngkat ke St. Jakarta Kota bersama. Perjalanan dari Kranji sampai Jakarta Kota berjalan sangat lancar, karena kereta yang kami naiki tidak begitu ramai. Selama 1 jam berjalan menggunakan kereta, kami akhirny...

IPB Hari 1 - PENGAMATAN ALAM

"TEWEWEWEWW" Aku mendengar alarmku yang sudah berbunyi kesekian kalinya, dan hanya aku snooze. Tapi akhirnya setelah berbunyi lagi, Papa membangunkan aku dengan memukul kakiku. Aku terbangun dan hanya mengeluarkan suara aneh yang artinya aku masih ngantuk dan tidak mau bangun. Ya sayangnya aku teringat bahwa aku harus berangkat pagi, dan sudah janjian dengan Abel dan Hanin di St. Kranji. Aku akhirnya bangkit dari tempat tidur, dan menyambar handuk dengan cepat kilat. Dan aktifitas pagi yang classic pun terjadi, memakai sabun sebagai odol.....? Ya, pokoknya gitu. Mama menyiapkan bekal makan siangku, lalu aku siap berangkat! "ABEL BURUAN" Aku sampai di St. Kranji sekitar jam 4.45, dan ternyata belum ada yang datang. Jadi aku menunggu dengan carrierku yang menurutku gedenya "lebay". Sebenarnya tidak terlalu berat, tapi karena ada sepatu boot yang tinggi, memenuhi tempat. Jadi aku terpaksa menggunakan carrier, dan tidak bisa menggunakan tas kecil. Untungn...